Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 02 Oktober 2023

Menjadi Remaja yang Rendah Hati dengan Sujud Syukur

 


1. Pengertian Sujud 


Kata sujud dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua arti,
 1). berlutut serta meletakkan dahi ke lantai; 
2) pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah. 

Sujud merupakan salah satu rukun yang dikerjakan dalam salat . Sujud dilakukan dua kali pada setiap rakaat salat, yakni setelah rukuk dan duduk di antara dua sujud. 

Meskipun sujud merupakan gerakan di dalam salat, di luar salat ada beberapa sujud yang dianjurkan agar dilakukan oleh seorang muslim, yaitu sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah

Tata cara bersujud disampaikan oleh para ulama dalam kitab-kitab fikih. Sekurang-kurangnya sujud dilakukan dengan meletakkan dahi ke tempat sujud. Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud wajib dilakukan dengan tujuh anggota badan, yakni dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung jari kedua kaki. 

Sujud juga hendaknya dilakukan dalam posisi pinggul lebih tinggi dari kepala. Ada sebagian pandangan yang menganjurkan bersujud berdasarkan sifat-sifat sujud Nabi saw yang bersumber dari berbagai hadis. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut; 
a. Menempelkan dahi dan hidung di lantai 
b. Meletakkan kedua tangan di lantai sejajar dengan pundak dan telinga 
c. Merapatkan jari-jari tangan dan menghadapkannya ke arah kiblat 
d. Mengangkat kedua lengan serta membentangkan keduanya sehingga jauh dari lambung. Khusus untuk perempuan, ada sebagian ulama yang menyunahkan untuk merapatkan kedua tangannya ke ketiak. 
e. Menempelkan kedua lutut di lantai 
f. Merenggangkan betis dengan paha dan merenggangkan paha dengan perut
g. Meletakkan ujung-ujung kaki dan ditekuk sehingga ujung-ujungnya menghadap kiblat 
h. Merapatkan tumit. 
i. Melakukan semua gerakan sujud dengan sungguh-sungguh.

Secara maknawi sujud berarti tunduk dan merendahkan diri. Maksudnya adalah tunduk dan menyembah kepada Allah Swt. Posisi kepala yang berada di bawah menunjukkan bahwa manusia rendah di hadapan Allah. Orangorang yang bersujud sejatiya mengakui bahwa Allah Swt. adalah Maha Segalanya, sedangkan dirinya kecil dan tidak berdaya.

Pengertian Sujud Syukur

Dalam kehidupan kamu sering menyaksikan seseorang yang bersujud setelah mendengar kabar gembira atau memenangkan suatu perlombaan. Sujud yang mereka lakukan disebut sujud syukur. Sujud syukur yaitu sujud yang sunah dilaksanakan ketika mendapat nikmat dari Allah swt. atau terhindar dari malapetaka. (Ensiklopedi Islam 4. 1994: halaman 288)

Islam mengajarkan umatnya agar bersyukur jika mendapat karunia Allah swt. Sujud syukur merupakan wujud rasa terima kasih kepada Allah swt. atas nikmat yang telah dikaruniakan. Terhindar dari musibah termasuk nikmat atau karunia Allah swt. yang patut disyukuri. Terhindar dari malapetaka tidak terlepas dari kehendak Allah swt. Jika Dia menghendaki kita tertimpa musibah, tidak ada seorang pun yang dapat menghindar.
Dasar pelaksanaan sujud syukur adalah hadis Rasulullah saw. yang berbunyi seperti berikut.
Artinya: Dari Abu Bakrah, bahwasanya Nabi saw. segera bersujud berterima kasih kepada Allah apabila datang kepada beliau sesuatu yang menyenangkan atau kabar gembira. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi)

Hukum dan Dalil Sujud Syukur  

Bersyukur kepada Allah Swt. adalah kewajiban kita sebagai hamba-Nya. Sementara itu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. dengan  sujud syukur adalah Sunnah.

Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Dari Abu Bakrah, sesungguhnya Rasulullah Saw. apabila mendapat sesuatu yang menyenangkan atau diberi khabar gembira segeralah tunduk sujud sebagai tanda syukur kepada Allah Swt.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan at-Turmudzi yang menganggapnya sebagai Hadis Hasan).

Dalam Hadis lain Rasulullah juga bersabda:

Artinya: “Dari „Abdurrahmaan bin „Auf, bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda: “Aku bertemu dengan Jibril as., lalu ia memberikan kabar gembira kepadaku dengan berkata: „Sesungguhnya Rabbmu telah berfirman: Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadamu, maka Aku akan mengucapkan shalawat kepadanya. Barangsiapa yang mengucapkan salam kepadamu, maka Aku akan mengucapkan salam kepadanya‟. (Mendengar hal itu), aku pun bersujud kepada Allah karena bersyukur kepada-Nya”. (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Sebab-sebab Sujud Syukur 

Hal-hal yang menyebabkan seseorang disunnahkan melakukan sujud syukur adalah:  a. Karena mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah Swt.

  1. Mendapatkan kabar gembira atau berita yang menyenangkan.
  2. Terhindar atau selamat dari bahaya (musibah) yang akan menimpanya.

Syarat dan Rukun Sujud Syukur 

  1. Syarat Sujud Syukur
    • Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian maupun tempat.
    • Menghadap kiblat sebagaimana shalat, jika mengetahui arah kiblat.
    • Menutup aurat.
  2. Rukun Sujud Syukur
    • Niat, yaitu menyengaja mengerjakan sujud syukur.
    • Takbiratul ihram, dengan membaca “Allaahu akbar”.
    • Sujud, sambil membaca doa sujud syukur.
    • Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud).
    • Salam sesudah bangun dari sujud.
    • Adapun bacaan yang masyhur dibaca ketika sujud syukur adalah:

Artinya:“Wajahku bersujud kepada Allah Zat yang menciptakannya, yang membukakan pendengarannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maha Mulia Allah sebaik-baik Zat Yang Maha Mencipta.”

Untuk mengetahui tata cara sujud syukur, kamu bisa lihat rincian berikut:

  1. Berwudhu
  2. Berdiri menghadap arah kiblat
  3. Membaca niat sujud syukur 

  4. Melakukan gerakan takbiratul ihram
  5. Melakukan gerakan sujud syukur satu kali
  6. Membaca doa sujud syukur dalam posisi sujud 

  7. Duduk seperti di antara dua sujud
  8. Mengucapkan salam seperti oarang selesai salat

Hikmah  Sujud Syukur  

  1. Mengingatkan dan mendekatkan diri kepada Zat yang memberi nikmat dan keselamatan yaitu Allah Swt.
  2. Menghindarkan diri dari sifat sombong, karena apa yang kita peroleh semuanya berasal dari Allah Swt.
  3. Allah Swt. akan menambah nikmat untuk kita, karena orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya.
  4. Sebagai bentuk ungkapan kepasrahan hamba kepada Tuhannya.
  5. Mendapatkan pahala dan di akhirat akan disediakan tempat yang istimewa bagi mereka yang pandai bersyukur.
  6. Membantu membuat badan menjadi sehat dan bugar.

Minggu, 01 Oktober 2023

TIPS KETIKA SAKIT

 



الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله نبينا محمد واله وصحبه ومن والاه، أشهد أنَ لا إله إِلاَ الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله، أما بعد

Jika kita sakit, kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk berobat. Kata Rasulullah:

تَدَاوَوْا يَا عِبَادَ اللَّهِ

“Berobatlah wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)

Namun ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam masalah yang berhubungan dengan berobat. Apa itu?

1. DIANJURKAN

Berobat adalah perkara yang dianjurkan oleh syariat dan tidak meniadakan sama sekali perintah untuk sabar dengan ketentuan Allah dan ridha dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang menganjurkan kita untuk berobat adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَدَاوَوْا يَا عِبَادَ اللَّهِ

“Hendaklah kalian berobat wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)

Maka tentu yang Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam anjurkan kepada umatnya itu adalah berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang kita diperintahkan untuk sabar menghadapi ketentuan Allah. Tapi bukan berarti sabar itu diam. Sabar hendaknya disertai dengan adanya usaha.

Ketika kita sakit, kita diperintahkan untuk berusaha mencari kesembuhan dengan cara kita berobat. Sama halnya ketika kita lapar. Lapar adalah takdir, tapi apakah berarti kita sabar saja terus lapar? Tidak! Kita berusaha untuk mencari makan. Nah, berobat merupakan perkara yang dianjurkan oleh syariat.

Lalu mana yang lebih utama antara berobat atau tidak berobat?

Jawab: Yang lebih sesuai dengan sunnah adalah berobat. Walaupun memang para ulama mengatakan apabila ia tidak berobat dan ia lebih memilih sabar, silakan saja. Tapi yang sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah berobat. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan.

2. BEROBAT ADALAH WASILAH

Ketika kita berobat, niat kita adalah sebagai mencari usaha kesembuhan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadikan berobat itu sebagai wasilah. Jangan jadikan berobat itu sebagai tujuan.

Maksudnya kita wajib meyakini bahwa yang memberikan kesembuhan hanya Allah. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berusaha mencari kesembuhan tersebut. Yaitu dengan cara berobat. Adapun kalau kita jadikan berobat sebagai tujuan, terkadang kita menganggap bahwa kesembuhan itu karena berobat.

Memang betul kesembuhan itu diantara sebabnya adalah berobat. Tapi yang paling utama harus kita yakini bahwa kesembuhan itu semuanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanya Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾

dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 80)

3. BERSANDAR KEPADA ALLAH

Perkara yang ke-3 yang harus kita yakini bahwa ketika kita berobat hati kita tetap bersandar kepada Allah. Jangan sampai hati kita bersandarnya kepada dokter, jangan sampai hati kita bersandarnya kepada obat. Karena sudah kita sebutkan tadi bahwa yang menyembuhkan adalah Allah. Adapun dokter dan obat adalah wasilah dan sebab.

Terkadang ada orang yang sudah berobat ke dokter, tapi ternyata belum Allah kasih kesembuhan. Dia sudah makan berbagai macam obat, tapi ternyata qadarullah belum diberikan kesembuhan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu saudaraku sekalian, kalau kita berobat tapi hati kita bersandar kepada dokter, maka ini bisa masuk kepada jenis kesyirikan. Kita berobat tapi hati kita bersandar kepada obat, ini juga adalah merupakan salah satu jenis kesyirikan.

4. MENJAGA UCAPAN

Jangan sampai kita mengucapkan kata-kata yang berbau syirik. Contoh ketika kita sembuh  kita berkata, “obat ini yang menyembuhkan saya/dokter yang menyembuhkan saya.” Saya katakan bahwa ini ucapan yang berbau kesyirikan. Karena yang menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Yang tepat) kita katakan, “Allah menyembuhkan saya melalui dokter ini/Allah menyembuhkan saya melalui obat ini.” Semua karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pemberian dariNya. Nah, ini yang benar saudara-saudaraku sekalian.

Terkadang sebagian orang mengucapkan kata-kata yang sebetulnya tidak pantas untuk diucapkan. Seperti mengatakan bahwa dokter yang bisa menyembuhkan, obat bisa menyembuhkan. Kita katakan bahwa yang menyembuhkan secara hakiki hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun obat dan dokter itu adalah hanya sebatas wasilah.

5. SABAR

Jika kita sudah berobat dan kesembuhan belum pula datang, kewajiban kita adalah bersabar dan terus kita bertawakal kepada Allah dan serahkan semuanya kepada Allah. Terkadang ada orang yang sudah berobat, berobat dan berobat tapi kemudian belum diberikan kesembuhan oleh Allah. Lalu yang muncul adalah putus asa. Bahkan na’udzubillah sampai kepada derajat seseorang su’udzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini tentu berbahaya sekali akan aqidah dia.

Maka disaat kita belum diberikan oleh Allah kesembuhan, kewajiban kita sabar, kewajiban kita ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6. BERHARAP PAHALA DAN AMPUNAN

Perkara yang berakhir adalah hendaknya kita berharap pahala di sisi Allah dan ampunan disisiNya. Karena semua penyakit yang menimpa seorang mukmin itu hakikatnya adalah menggugurkan dosa dia dan mengangkat pahala dia. MasyaAllah.. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR. Muslim)

Maka ketika kita sakit kita selalu berharap, “mudah-mudahan Allah dengan sakit saya ini, Allah ampuni dosa-dosa saya.” Kita selalu ingat akan dosa-dosa kita. Kita berharap, “mudah-mudahan dengan sakit ini Allah angkat derajat saya. Sehingga saat itu kita bisa lebih kuat kesabaran kita dan lebih ridha dengan ketentuan yang Allah berikan kepada kita.”

Dan jangan lupa saudaraku, kita banyak berdo’a. Berdo’a supaya disabarkan, berdo’a supaya dijadikan hati kita ridha. Makanya diantara perkara yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada Allah:

وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ

“Ya Allah aku minta kepada Engkau keridhaan setelah takdir dan ketentuan yang Engkau berikan kepadaku.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)

Karena memang untuk ridha dengan ketentuan Allah itu butuh keimanan.

Inilah beberapa tips atau beberapa perkara yang hendaknya diperhatikan ketika kita diberikan oleh Allah sakit. Semoga ini bermanfaat buat kita semuanya.

وب الله توفيق، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ

Jumat, 21 Oktober 2022

TIPS MENGATASI KEGALAUAN

 



الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله..

Kita pernah merasakan kegalauan, kegelisahan, kegundahan, yang tentunya membuat hati kita tidak enak. Ketahuilah saudaraku, bahwa gundah-gulana atau kegalauan itu ada dua keadaan. Keadaan yang pertama karena ada sebab. Biasanya karena terlalu menginginkan sesuatu. Terlebih ketika hati kita sangat menginginkan dunia. Entah itu berupa harta ataupun berupa kedudukan ataupun berupa perkara-perkara lain dari urusan dunia.

Ketika hati kita sangat menginginkannya, bahkan kita khawatir tidak mendapatkannya, hati kita sering gundah-gulanah dan galau. Apalagi di saat kita tidak berhasil mendapatkannya, kita menjadi sedih sekali. Memang demikian orang yang terlalu menginginkan dunia biasanya dia akan cepat galau, dia akan cepat gundah-gulana. Maka dari itu jangan sampai keinginan kita yang terbesar adalah kehidupan dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ

“Siapa yang keinginan terbesarnya adalah dunia, Allah akan cerai beraikan urusannya”

Artinya hatinya menjadi lemah, cepat galau, cepat gelisah.

وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ

“dan Allah akan jadikan kefakiran di pelupuk matanya.”

Ia tidak pernah merasa qanaah, tidak pernah merasa cukup dengan apa yang Allah berikan kepadanya.

وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ

“dan dunia pun tidak akan mendatanginya kecuali sesuai dengan yang ditakdirkan saja untuknya.” (HR. Tirmidzi)

Maka ini adalah merupakan akibat dari pada terlalu kita mengharapkan dan menginginkan dunia. Akhirnya sering kali hati kita ditimpa kegalauan.

Ada lagi galau yang datang tiba-tiba tanpa sebab. Tiba-tiba hati kita galau, tiba-tiba hati kita sedih. Kenapa itu bisa terjadi?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam kitab majmu fatawa menyebutkan bahwa galau atau kegundahan seperti itu biasanya akibat dari pada dosa atau kita pernah menginginkan berbuat dosa dan memikirkan dosa. Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita sanksi dengan cara dijadikan hati kita galau, gundah-gulana, tanpa sebab. Aneh, tiba-tiba hati kita tidak tenang, tidak tentram, gundah-gulana dan yang lainnya.

Yang seperti ini apa obatnya?

Tentu kita obati dengan banyak istighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disaat hati kita tidak tentram, hati kita tidak tenang tanpa sebab, maka itu biasanya akibat dari pada dosa yang kita pernah lakukan atau dosa yang pernah kita pikirkan.

Maka banyak kita istigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, banyak kita memohon dan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan cara itu insyaAllah akan hilanglah kegalauan tersebut.

Apa yang kita lakukan ketika galau?

1. BANYAK BERDZIKIR KEPADA ALLAH

Karena tidak ada sesuatu yang bermanfaat untuk hati yang galau dari berdzikir kepada Allah. Karena dengan berdzikir itulah hati menjadi tenang dan tentram. Allah Ta’ala berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Ketahuilah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang dan tentram.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)

2. MEMPERBANYAK BACA QUR’AN

Karena Al-Qur’an adalah obat apa yang ada di dalam hati. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 57:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾

Wahai manusia, telah datang kepada kamu peringatan dari Rabbmu dan penyembuh apa yang ada di dadamu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]: 57)

Berarti Al-Qur’an adalah penyembuh. Sedangkan galau, gundah-gulana, itu merupakan penyakit hati. Maka Al-Qur’an disebut oleh Allah sebagai penyembuh apa yang ada di hati. Maka disaat itu kita banyak membaca Al-Qur’an, mentadabburi Al-Qur’an, insyaAllah dengan cara seperti itu hilanglah kegalauan kita.

3. BANYAK-BANYAK KITA MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA

Kita harus ingat, sesuatu yang kita harapkan, yang kita inginkan, tidak mungkin bisa kita raih kecuali dengan izin dari Allah. Apabila kita bertawakal hanya kepada Allah dan kita serahkan semuanya kepada Allah, dan kita berusaha untuk ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, insyaAllah hati kita tidak akan gundah-gulana, hati kita tidak akan galau.

Karena hati kita sudah menyerahkan semuanya kepada Allah yang terbaik. Apa yang terbaik di sisi Allah, itulah yang kita terima dan kita berusaha untuk ridha menerimanya.

4. JANGAN MENGADU KEPADA MANUSIA

Disaat kita gundah-gulana, disaat kita galau, jangan sekali-kali kita mengeluh dan mengadu kepada manusia. Karena mengadu kepada manusia tidak ada manfaatnya sama sekali. Adukanlah kepada Allah. Sebagaimana Nabi Ya’qub ketika sedih karena kehilangan anaknya yang bernama Nabi Yusuf ‘Alaihish Shalatu was Salam, maka ia berkata:

إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّـهِ

Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesedihanku, kesusahanku, hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Yusuf[12]: 86)

Saudaraku sekalian,

Maka dari itu disaat kita ditimpa kegalauan, gundah-gulana, segera kita obati dengan hal-hal seperti itu. Dan kita berusaha untuk menjadikan hati kita hati yang tenang dan tentram dengan obat Al-Qur’an, obat dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rabu, 16 Februari 2022

TIPS MENGHADAPI FUTUR

 



الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله..

Ketika kita futur, apa yang harus kita lakukan? Karena yang namanya manusia, tidak akan selamanya semangat terus. Pasti ada masa-masa futur. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun juga sudah memberitahukan itu. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya:

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً , وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ

“Setiap amal itu ada masa-masa semangat dan setiap masa semangat ada masa futurnya (turunnya)”

Di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada kita sebuah tips bagaimana kita saat futur. Kata Rasulullah:

فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدِ اهْتَدَى

“Siapa yang masa futurnya kepada sunnah lagi, ia sungguh dapat hidayah.”

وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

“Dan siapa yang masa futurnya bukan kepada sunnah, sungguh ia telah binasa.”

Nah, ketika kita futur. Misalnya kita lagi semangat baca Quran, baca Quran, baca Quran, dan ternyata qadarullah saat semangat, semangat, semangat, semangat, semangat naik terus, ada masa-masa futurnya. Maka disaat itu yang kita lakukan coba kita berpindah kepada sunnah lagi. Kita futur dari membaca Al-Qur’an, coba kita pindah baca kitab-kitab yang bermanfaat.

Lalu yang binasa itu siapa?

Ketika ada orang yang futur dari baca Qur’an pindah baca koran. Nah, seperti ini binasa.

Maka ketika kita menghadapi futur seperti itu dalam suatu amalan, coba kita pindah kepada amalan lain yang kita semangat padanya. Hal ini supaya kita berpindah dari sunnah menuju sunnah lagi. Maka ini futur yang bersifat parsial (pada amalan tertentu).

Ada futur yang sifatnya menyeluruh, dan ini bahaya. Biasanya futur seperti ini akibat maksiat dan dosa. Karena kata Al-Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah:

المعاصي تضعف القلوب

“Maksiat itu membuat hati lemah.”

Maka ketika kita banyak maksiat, kita pernah melakukan maksiat, akibatnya hati kita lemah. Di saat hati kita lemah akhirnya beratlah kita untuk mengamalkan kebaikan.

Disaat itu apa yang harus kita lakukan?

Segera kita istighfar kepada Allah, banyak kita bertaubat kepada Allah, minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian kita berusaha untuk mujahadah (berjihad kembali untuk membiasakan amalan shalih) yang sudah mulai futur tersebut. Tidak boleh kita biarkan. Kalau kita misalnya sudah mulai futur lalu kita biarkan, biarkan, biarkan, sampai akhirnya semangat kita untuk beribadah hilang sama sekali. Ini sangat berbahaya tentunya.

Maka harus kita berjihad melawan hawa nafsu kita. Allah berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا

Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami, Kami akan berikan ia hidayah kepada jalan-jalan Kami yang lain.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)

Artinya kalau kita berjihad melawan hawa nafsu kita, untuk melawan kefuturan kita, untuk terus kita beramal shalih, maka Allah akan membukakan pintu-pintu kebaikan yang lainnya sehingga kita mampu untuk melakukan amalan-amalan kebaikan yang lainnya.

Maka disinilah, saudaraku.. Disaat futur, jangan biarkan!

Pergilah Anda kepada orang shalih atau seorang Ustadz atau teman Anda yang MasyaAllah bisa memberikan nasihat. Saat kita futur, pergilah kepada mereka-mereka yang MasyaAllah kita yakin dia punya ilmu. Minta nasihat kepadanya supaya kita bisa kembali semangat didalam beramal shalih. Ketika kita futur, juga kita berusaha membuka kitab-kitab para ulama, bagaimana biografi kehidupan mereka. Ketika kita melihat bagaimana para ulama semangat mereka didalam beramal shalih, kita juga baca ayat-ayat dan hadits-hadits yang memberikan motivasi dalam amal.

Misalnya ketika kita sudah mulai futur menuntut ilmu, kembali kita membaca bagaimana pahala menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bagaimana Salaf terdahulu menuntut ilmu. Ketika kita sudah mulai futur shalat tahajud, kembali kita baca bagaimana pahala yang besar daripada shalat tahajud dan bagaimana balasan yang Allah berikan kepada orang yang shalat tahajud. Sehingga pada waktu itu kita kembali semangat.

Maka dari itulah saudaraku, jangan biarkan futur itu terus menghinggapi hati kita. Jangan biarkan futur itu terus menghantui keimanan kita. Harus kita lawan. Kita harus terus bersemangat. Kita ingin berusaha seperti para Nabi. Allah berfirman:

وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ ﴿١٤٦﴾

Berapa banyak para Nabi yang berperang bersama sahabat-sahabatnya, mereka tidak lemah terhadap musibah yang menimpa mereka, mereka pun tidak menjadi futur akibat daripada rintangan yang mereka hadapi. Tapi mereka terus bertawakal kepada Allah dan Allah cinta kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Ali-Imran[3]: 146)

Nah, saudaraku sekalian. Semangat itu harus dikobarkan terus. Jangan sampai padam. Jangan biarkan semangat itu lama-kelamaan kemudian padam. Karena itu akan menyebabkan kita binasa dalam api neraka. Na’udzubillah Nas’alullah as salamah wal ‘afiah..

Senin, 24 Januari 2022

TIPS KETIKA JATUH CINTA

 



الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله..

Yang namanya jatuh cinta itu pasti dialami oleh setiap manusia. Karena manusia itu diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang namanya cinta. Cinta kepada wanita, cinta kepada harta, cinta kepada jabatan, cinta kepada sesuatu, itu pasti. Allah Ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ

Dihiarkan kepada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali-Imran[3]: 14)

Nah, saat kita dilanda jatuh cinta kepada sesuatu, apa yang harus kita lakukan?

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan, saudaraku.. Supaya cinta itu tidak menjadi petaka dalam hidup kita. Karena cinta bisa menjadi malapetaka untuk hidup kita.

1. TANYAKAN APA MANFAATNYA?

Yang pertama tanyakan, “saya mencintai sesuatu tersebut apa manfaatnya buat saya?” Karena percuma apabila kita mencintai sesuatu yang ternyata tidak memberikan manfaat untuk hidup kita, tidak pula akhirat kita, tidak pula agama kita. Karena seorang mukmin itu berusaha untuk meninggalkan perkara yang tidak ada manfaatnya. Bahkan dalam masalah cinta.

Mencintai sesuatu yang tidak ada manfaatnya pun adalah perkara yang hendaknya kita berusaha untuk tinggalkan. Makanya Allah berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾ وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ﴿٣﴾

Sungguh beruntung orang yang beriman, (siapa dia?) Yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya. (siapa lagi?) Orang yang berpaling dari pada perkara yang sia-sia.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 2)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Diantara tanda kebaikan Islam seseorang dia tinggalkan perkara yang tidak ada manfaatnya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

2. TAUTKAN DENGAN RIDHA ALLAH

Kita harus berusaha untuk mengikat cinta kita dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena percuma, cinta yang tidak diikat dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah merupakan cinta yang tidak ada manfaatnya. Al Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah dalam kitab beliau yang bagus sekali, beliau mengatakan bahwa (عشرة أشياء ضائعة لا ينتفع بها) ada 10 perkara yang tidak ada manfaatnya. Apa 10 perkara tersebut? Diantaranya:

ومحبة لا تتقيد برضاء المحبوب وامتثال أوامره

“Cinta yang tidak diikat dengan keridha’an Allah, pelaksanaan atas perintah-perintahNya dan keta’atan kepada Nya.”

Maka itu cinta yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

3. GUNAKAN AKAL PIKIRAN

Saat kita jatuh cinta -terutama kepada wanita (lawan jenis )- jangan sampai cinta mengalahkan akal pikiran kita. Ingat, manusia diberikan kelebihan oleh Allah dengan akal pikirannya. Akal pikiran bisa menjadi lumpuh total saat ia dikuasai oleh syahwat. Ketika syahwat menguasai, seringkali akal pikiran itu lumpuh total.

Lihat saja, pemuda-pemudi yang sedang jatuh cinta. Mereka menganggap bahwa pasangannyalah yang terbaik menurut dia. Terkadang seribu nasihat yang diberikan oleh orang-orang yang sudah berpengalaman pun tidak akan didengar lagi. Kenapa? Karena akal pikirannya sudah tumpul akibat dari pada cinta tersebut yang ternyata cinta tersebut tidak diikat dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka jangan sampai cinta itu menghilangkan akal kita. Tetap kita berpikir secara jernih. Apakah cinta ini sesuatu yang diridhai oleh Allah atau tidak.

Maka saudaraku sekalian,

Saat kita jatuh cinta, coba kita berpikir, “apa manfaatnya daripada cinta saya tersebut?”

4. KEHILANGAN KESEMPATAN BERDZIKIR

Kita senantiasa merenung, “Saat saya jatuh cinta, saya sering ingat dia, ingat, ingat, ingat. MasyaAllah..” Bayangkan ketika kita mengingat dia, mengingat dia, mengingat dia, berapa banyak kesempatan yang hilang untuk berdzikir kepada Allah? Bahkan ada sepasang sejoli yang sudah sangat jatuh cinta sampai-sampai dalam setiap keadaan selalu ingat pasangannya.

Bayangkan.. Akhirnya apa?

Mengingat wanita ataupun lelaki yang bukan mahramnya saja itu sudah dosa. Padahal belum tentu jodoh di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, belum tentu baik.

Maka subhanallah..

Coba kita merenung berapa banyak kalau begitu kesempatan-kesempatan untuk berdzikir kepada Allah telah hilang. Na’udzubillah Nas’alullah as salamah wal ‘afiah.

5. TERJERUMUS KEDALAM KESYIRIKAN

Yang lebih mengerikan lagi, dan ini adalah poin yang harus diperhatikan sekali. Jangan sampai cinta itu berubah menjadi kesyirikan. Jangan sampai cinta itu menjerumuskan kita ke dalam api neraka.

Bagaimana bisa?

Bisa! Bukankah syirik yang pertama kali muncul di dunia adalah syirik cinta?

Dizaman Nabi Nuh, mereka sangat mencintai para wali yang kemudian akhirnya para wali ketika telah meninggal dunia dibikinlah monumen-monumen dan gambar-gambar dalam rangka untuk lebih memotivasi ibadah. Tapi kemudian lama-kelamaan berubah menjadi penyembahan.

Makanya kata para ulama, cinta bisa berubah menjadi ibadah ketika disertai dengan pengagungan kepada yang dicintai, ketundukan dan tadharru’ kepada yang dicintai disertai dengan penghinaan kepadanya. Kalau sudah sampai derajat tersebut, kita sudah mengambil tandingan selain Allah. Allah berfirman:

 وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّـهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّـهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّـهِ

Dan diantara manusia ada yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintai tandingan tersebut seperti mencintai Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]:165)

Subhanallah.. Ini cinta yang terlarang, bahkan terlaknat. Bisa menyebabkan pelakunya apabila ia wafat, kekal dalam api neraka. Karena ia telah mempersekutukan Allah Jalla wa Ala.

Musibah! Ketika cinta menyebabkan kita lebih mendahulukan yang kita cintai daripada perintah Allah dan RasulNya, musibah! Ketika kita lebih mencintai -misalnya- permainan. Terdengar adzan kita tak pedulikan sama sekali. Kita lebih mencintai seseorang yang orang itu ketika meminta bertemu dengan kita -padahal dia bukan mahram kita- kita tidak pedulikan lagi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita lebih mendahulukan syahwat kita, hawa nafsu kita. Sehingga akhirnya saudaraku, cinta itu hakikatnya malapetaka untuk hidupmu.

Nah, inilah beberapa tips bagi anda yang sedang jatuh cinta. Perhatikan! Jangan sampai cinta anda menjadi malapetaka dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Na’udzubillah..

وب الله توفيق

Minggu, 03 September 2017

Orang yang Pandai


Teringat ketika kita masih kecil, maka orang tua kita sering mendoakan kita menjadi orang yang pandai atau pintar. Memang kepandaian merupakan satu hal yang menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang. Tapi apakah kepandaian itu? Mungkin dari kita ada yang menghitung berdasarkan IQ. Tapi kasihan juga orang yang ditakdirkan dilahirkan dengan IQ yang rendah, mereka tidak akan pernah menjadi orang pintar. Bahkan kepintaran dijadikan iklan obat anti masuk angin.
Yang menarik dalam Islam, kepandaian itu dapat diraih oleh setiap orang, walaupun IQ nya tidak tinggi. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
hadits-pandai
“Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)
Jadi ada dua parameter orang yang pandai yaitu orang yang sering bermuhasabah dan melakukan amal untuk persiapan setelah meninggal.
Muhasabah
Muhasabah dari kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi. Kesibukan aktifitas kita terkadang melupakan kita untuk mengevaluasi sejauh mana progres aktifitas dan menilik hal apa yang kurang dan perlu diperbaiki. Padahal evaluasi itu perlu dilakukan, agar kita bisa bernafas dan menata ulang kehidupan kita.
Al Quran menyuruh kita untuk muhasabah [QS. Al-Hasyr 18]:
qs-059-018
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Sahabat Umar r.a. berkata:
”Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.”
Pernyataan sahabat Umar r.a. diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan muhasabah maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan atau tahunan.
Muhasabah tidak hanya bermanfaat untuk akhirat tapi juga untuk kehidupan dunia. Bill Gates, seorang milyuner, selalu menyempatkan untuk beristirahat seminggu atau “think week” dalam enam bulan sekali dari kepenatan di perusahaannya, Microsoft. Dia akan beristirahat disuatu tempat yang sunyi dan membaca buku sekitar 18 jam sehari. Dari kesempatan untuk berkontemplasi tersebut, muncul ide-ide segar dalam pengembangan software.
Beramal untuk Bekal
Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits di atas dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadits yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Karena muhasabah juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.
Orang yang pandai bukan hanya bisa bekerja atau mengumpulkan harta, tetapi orang yang juga beramal sholeh untuk hari kemudian. Orang tersebut akan sibuk beraktifitas dan juga berinfaq atau membantu sesama agar mendapatkan pahala di hari akhir. Dalam surat Al Qashash 77, Allah SWT berfirman:
qs-028-077
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
Bahkan dalam ayat ini disebutkan keutamaan terhadap bekal di dunia, dengan tidak melupakan kebahagiaan di dunia. Beginilah pola hidup yang patut ditiru sehingga terjadi keseimbangan dalam kehidupan kita agar kebahagiaan di dunia dan akhirat bisa diraih.
Secara ringkas, kepandaian yang hakiki dapat dicapai oleh setiap orang. Kepandaian itu dapat digapai dengan melakukan muhasabah secara berkala dan beramal untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Semoga kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT untuk menjadi seorang muslim yang pandai.